HANYA CINTA YANG
BISA
(bagian 1)
Seperti
kesehariannya, Stephani selalu bangun pagi-pagi sekali untuk kemudian bersiap
menuju Toko Bunga miliknya. Tidak ada hari libur untuknya dan dia merasa tak
memerlukan hari libur khusus. Baginya kerja adalah kebutuhan hidup. Jika ingin
bersantai, cukup bersama kedua sahabatnya, Soraya dan Marinka.
Hari
ini, sama seperti hari-hari kemarin, setelah merapikan tempat tidurnya,
Stephani keluar kamar dan bersiap membawa Kimoy, anjing kesayangannya
jalan-jalan keliling kompleks. Biasanya Kimoy akan menunggunya dekat pintu
kamar. Agak heran, dia tak melihat Kimoy ditempat biasa, bahkan tidak ada
diruang tengah. Akhirnya dia memutuskan untuk langsung keruang tamu.
Stephani
tertegun, mendapati Kimoy tergolek dilantai dengan wajah ceria dan ekornya
bergoyang-goyang, karena ada seseorang yang mengelitik perutnya. Stephanie
hanya bisa memandangi punggung laki-laki itu dengan perasaan tak karuan.
Sejurus kemudian Kimoy yang menyadari kehadirannya, bangun dan langsung
melompat-lompat mendekat. Stephani menyambutnya dengan matanya tetap menatap
lekat sosok yang kini berbalik dan tersenyum padanya.
“
Selamat pagi, Step “ Sapanya dengan senyum yang langsung menembus jantung hati
gadis itu.
“ Mau
apa kemari? “ Tanya Stephani, berusaha datar. Dadanya berdebar kencang.
“ Eh
siapa yang ajari anak mama nggak sopan begitu? “ Tiba-tiba saja, entah
darimana, mama sudah ada didekatnya. “ Minum teh-nya dulu nak Zoland “ Suara
mamanya begitu ramah, sambil menaruh secangkir teh di meja tamu. Bahkan bukan
bibik yang membuatkan minum. Stephani jadi serba salah.
“ Maaf
ya nggak kabari dulu,” ujar laki-laki itu tenang, menatap Stephani dalam-dalam.
“ Duduk
nak Zoland,” mama mempersilahkan. “ Stephani temani ya….mama yang bawa Kimoy
jalan-jalan “
“ Kalau
kami saja yang bawa Kimoy jalan-jalan, gimana tante? “ Tanya Zoland sopan.
“ Oh
boleh juga “ Mama tertawa kecil.
Stephanie
tidak bisa protes atau mengeluarkan pendapat lain. Tanpa bersuara, dia
mengambil tali Kimoy dan membawanya keluar, diikuti Zoland.
Menelusuri
jalan di perumahan tempat tinggalnya, dengan Kimoy yang semangat menggoyangkan
ekornya sepanjang jalan. Sementara disebelahnya, berjalan seorang yang selalu
mengisi benaknya nyaris setiap saat. Yang selalu dirindukannya dalam diam,
tanpa tahu kabar beritanya. Nyaris setahun sejak pertemuan mereka yang terakhir
kali yang memporak-porandakan hatinya.
1
“ I
miss you, Step “ Suara Zoland memecah keheningan.
“ Don’t
say anything, “ Stephani menyahut dengan suara bergetar.
“ I
should “ Laki-laki itu meraih tangan Stephani, menahan langkahnya. Sementara
Kimoy sibuk menyalak sambil melompat-lompat tak mau berhenti. Kerepotan
Stephani menarik tali kekang Kimoy. Zoland akhirnya berjongkok dekat Kimoy dan
membiarkan dirinya dihujani ciuman bertubi-tubi Labrador bertubuh jangkung itu.
“ Saya
harus ngomong sama tuanmu yang cantik ini. Kamu mendukung kan? “ Kata Zoland
pada Kimoy yang seperti mengerti dan menjadi sedikit tenang. Mau tak mau
Stephani tersenyum melihat kejadian itu. Kimoy tak sembarangan dekat dengan
orang. Kalau tidak suka, dia tak mau dielus, pasti memberontak. Tapi sepertinya
dia menyukai Zoland.
“ I
miss you, Stephani, I do “ Sambil tetap membelai Kimoy dan berjongkok,
laki-laki itu menatap Stephani dengan matanya yang dalam. “ Tapi saya harus
meyakinkan diri saya dulu, sebelum saya mengatakan ini padamu. Saya tidak mau
kamu berpikir bahwa sangat mudah bagi saya untuk jatuh cinta dari satu hati ke
hati lainnya “
Stephani
terdiam. “ Debbie? “ Gumamnya pelan.
“
Terakhir saya bertemu dia adalah sehari setelah saya bersama kamu di café itu.
Debbie bilang terus terang kalau dia bingung karena ada teman kuliahnya yang
dekat dengannya, sementara kami belum putus,” jelas Zoland. Dia berdiri dan
meraih tangan Stephani. Kimoy menggonggong sekali-dua sambil mengibaskan
ekornya.
“ Lalu?
“ Tanya gadis itu.
“ Kami
bicara dari hati ke hati apakah hubungan kami layak diteruskan. Karena biar
bagaimanapun, dua belah pihak keluarga kami sudah saling mengenal dan berharap
banyak bahwa kami akan serius ke jenjang berikutnya,” kata Zoland tenang. “
Beberapa hari kami coba sama-sama lagi, tapi akhirnya kami tahu, hati kami
sudah tidak sama-sama lagi “
Stephani
memandang wajah laki-laki dihadapannya dengan tatapan serba salah, entah harus
merasa bagaimana. Harus bahagiakah? Harus legakah? Dia bingung.
“ I
love you, Step. Pada saat pertama saya melihatmu,” kata Zoland tenang. “ Maaf
bila membuatmu menunggu. Maaf bila hari ini harus datang pagi-pagi karena saya
harus ke Malang, ketemu papa-mama “
Stephani
mengernyitkan dahinya. “ Ada apa dengan papa-mamamu? “
Zoland
tertawa kecil. “ Mereka baik-baik saja. Saya yang minta ketemu mereka, supaya
mereka datang kesini dan melamarmu “ Kali ini tanpa malu-malu, dia menarik
Stephani dan meraih
2
pinggangnya. Tak menolak, gadis itu ikut tertawa, canggung.
Sementara Kimoy melompat-lompat tak berhenti menyalak. Sepertinya Kimoy sedang
memberikan tanda persetujuannya.
“ Kamu
bercanda kan? “ Tanya Stephani sambil melepaskan tangan Zoland dari
pinggangnya, dengan perlahan.
“ Saya
menunggu hari ini tiba selama hamper satu tahun dan kamu bilang bercanda? “
Kata Zoland sambil mengacak-acak poni Stephani. “ Saya sudah bilang sama mamamu
tadi dan beliau sepertinya tak keberatan “
Kali
ini Stephani yang tergelak. “ Jangan tanya mama, tanya papa kalau berani “
“ Oh
iya pasti. Tapi nggak sendirian dong, harus sama keluargaku,” sahut Zoland
yakin.
“
Curang, nggak berani sendirian,” ledek Stephani.
“ Bukan
curang, itu namanya smart tactic dan
menunjukkan keseriusanku,” ujar Zoland.
Sejak
detik itu, rasanya sekeliling keduanya menjadi lebih berwarna, bahkan sinar
matahari pagi menjadikan hati keduanya menghangat. Terlebih bagi Stephani yang
selama ini berusaha keras menyimpan semua rasanya, bahkan pada kedua
sahabatnya. Dia tak berani membayangkan hal indah ini menjadi nyata, setelah
sekian lama berusaha dan belum berhasil move on dari perasaannya pada laki-laki
yang kini berjalan disisinya. Keduanya, bersama Kimoy, menyusuri jalan-jalan
sepanjang kompleks perumahan. Sepertinya, dunia jadi milik mereka berdua.
*
Dua
minggu kemudian, Stephani mengundang sahabat-sahabatnya, Soraya dan Marinka,
plus Yudha pacar Soraya, untuk bertemu di Sakura Corner, sebuah restaurant
kecil yang baru saja buka disebuah Mall kecil didekat Toko Bunga milik Stephani.
Sebelumnya, tentu saja sahabat-sahabatnya sudah langsung diberitahu kabar
tentang Zoland yang tiba-tiba muncul jam 6 pagi dirumah Stephani.
Soraya
dan Marinka datang lebih dulu di Sakura Corner, menunggu Stephani. Sementara
Yudha berjanji akan menyusul nanti.
“ OMG
!” Pekik Soraya ketika melihat Stephani datang, setengah berlari kecil, sambil
memamerkan cincin dijari manisnya. “ No way ! “ Soraya masih histeris saat
sahabatnya itu mendekat. Sementara Marinka tertawa kecil dan Stephani tersenyum
malu-malu.
“
Selamat ya sayang,” kata Marinka menyambut dalam Stephani pelukannya.
“ Jadi
adik kecil yang duluan nih? “ Soraya gentian memeluk sahabatnya itu.
3
“ Ya….begitulah kira-kira,” sahut
Stephani masih malu-malu.
Kemudian
dia bercerita tentang Zoland yang ternyata benar-benar serius mengajak kedua
orangtua beserta tetua-tetua dari keluarga besarnya datang melamar Stephani,
tiga hari lalu. Dan ternyata sang mama sudah lebih dulu bicara pada papanya,
sehingga acara yang semula dimaksudkan untuk silaturahmi pembuka sebelum acara
lamaran yang sesungguhnya, akhirnya sekalian menjadi acara lamaran resmi karena
Zoland juga sudah menyiapkan cincin dan mahar sesuai ketentuan keluarga
besarnya. Sedangkan bagi keluarga Stephani yang moderat dan tak mempermasalahkan
tetek bengek mahar dan sebagainya, cukuplah kedatangan keluarga besar Zoland
itu menunjukkan keseriusan dan itikad baik mereka. Alhasil pembicaraan pun
bergulir sampai menentukan tanggal pernikahan.
“ I’m
happy for you adik kecil, really happy for you,” ujar Marinka dengan mata
berkaca-kaca.
“ Maaf
kakak-kakak, saya duluan,” ucap Stephani dengan nada bergetar. Jauh dilubuk
hatinya, dia memikirkan kedua sahabatnya, terutama Marinka. Karena sampai saat
ini, hanya dia yang masih belum punya pasangan, padahal dia yang tertua
diantara mereka bertiga.
“
Kenapa minta maaf sik? Jodoh itu Tuhan yang mengatur,” kata Soraya penuh
senyum.
“ Iya,
Step…..dinikmati saja, this is your moment,” tambah Marinka dengan senyumnya.
“
Halooooo semuaaaa…..” Tiba-tiba saja terdengar suara Belinda. Dia datang
bersama Rayan sang suami dan sepupunya, Yudha. “ Sorry nimbrung nggak diundang,
soalnya Yudha yang cerita “
Keempat
perempuan itu bertukar cium pipi dan saling peluk dengan hangat.
“ Nggak
apa-apa, Bee,” kata Stephani. “ Kami kira kalian masih honeymoon, jadi nggak
diberitahu “
“ Biar
honeymoon juga masih bisa ngumpul kok,” kata Rayan tenang.
Yudha
dan Soraya langsung nempel, duduk berdekatan, layaknya pasangan yang baru jatuh
cinta. Belinda dengan Rayan. Sementara Stephani bergayut manja memeluk pinggang
Marinka.
“ Jadi
kapan, Step? “ Tanya Yudha.
“ Tuh
Yudha tanya sebelum kita yang tanya dia, kapan? “ Celetuk Belinda.
Semuanya
tertawa. Soraya memasang wajah serius sambil memandangi kekasihnya seolah
bertanya “ Kapan? “
Yudha
membisikkan sesuatu ditelinga Soraya, kemudian mencium pipinya. Gadis itu
tertawa kecil dengan pipi memerah.
“
Hayooo….jangan main rahasia-rahasiaan berdua aja,” kata Belinda lagi.
4
Kembali yang lainnya tergelak.
“ Sudah, sekarang ngomongin Stephani
dulu. Kita mah nanti juga ada saatnya,” ujar Soraya penuh senyum.
“ Ya deh, belain pacarnya,” kata
Marinka tertawa kecil. “ Ayo adik kecil, kapan kita dikasih bahan seragamnya? “
Marinka membelai rambut Stephani dengan lembut.
“ Enam bulan lagi,” sahut Stephani
malu-malu.
“ Woooo…..” Serentak
sahabat-sahabatnya bersuara.
“ Zoland-nya mana? Nggak ikut
ngumpul? “ Tanya Yudha.
“ Sebentar lagi sampai,” jawab
Stephani. “ Tadi sik katanya sudah dekat …..” Belum selesai bicara, gadis itu
menegakkan punggungnya, menatap kearah pintu masuk restaurant. “ Itu Zoland “
Dan semua mata beralih kearah mata
Stephani memandang. Menatap sosok laki-laki tegap, berkulit eksotis dengan
wajah tampan yang unik, mendatangi meja mereka dengan senyum merekah.
“ Selamat sore semua,” sapanya.
Stephani langsung berdiri dan
mendekatinya. “ Teman-teman, kenalkan ini Zoland “
Serentak yang ada disitu bergantian
bersalaman dan mempersilahkan laki-laki itu bergabung. Lalu mereka terlibat
pembicaraan seru tentang rencana pernikahan Stephani dan Zoland, sambil
menikmati makanan dan minuman yang mereka pesan.
“ Rayan ya? “ Tiba-tiba terdengar
suara berat seorang, yang berdiri dekat meja mereka.
Yang dipanggil menoleh kearah
suara, begitu juga yang lainnya. Mendapati seorang laki-laki tinggi kurus,
berkulit pucat, memakai sweater biru tua dan topi baseball berwarna senada.
“ Dion? Kamu Dion kan? “ Rayan
berdiri dan menghampiri laki-laki itu. Kemudian keduanya saling berjabat tangan
erat. “ Apa kabar? Kemana aja? Nggak datang kenikahanku. Kenalin ini istriku,
Belinda “ Kata Rayan bersemangat. “ Dan ini teman-teman, kenalkan, ini Dion
Raditya, teman kerjaku dikantor yang dulu. Tapi sekarang sudah jadi pengusaha
sukses dia “
Semua berdiri dan menyalami
laki-laki itu. Tidak semua ternyata, kecuali Marinka yang hanya terpaku
dikursinya sambil menatap dengan wajah yang sulit ditebak.
Yang lain mulai menyadari, ketika
akhirnya laki-laki itu juga terdiam menatap Marinka. Suasana berubah menjadi
aneh. Semua yang disitu bergantian melihat kearah Marinka dan Dion.
5
“ Kalian saling kenal? “ Suara
Rayan memecah keheningan.
“ Halo Inka,” sapa Dion sambil
mengangguk canggung. Perlahan tangannya membuka topi baseball-nya,
memperlihatkan kepalanya yang tanpa rambut sehelaipun. Dia terlihat sangat
pucat namun masih menyisakan garis-garis ketampanan diwajahnya yang tirus.
“ Iya,” ucap Marinka pelan, nyaris
berbisik.
“ Kami pacaran waktu kuliah,”
senyum Dion dengan nada tenang.
“ Inka nggak pernah cerita,” kata
Soraya cepat, menatap Marinka yang kini salah tingkah.
“ Yuk duduk sama-sama kami,” ajak
Belinda berniat mencairkan suasana. Rayan segera menarik satu kursi dari meja
kosong disebelah. Sementara Dion dan Marinka sama-sama memperlihatkan keberatan
dengan bahasa tubuh mereka.
“ Duduk sebentar kak Dion,”
Stephani bersuara. “ Nggak ada salahnya nostalgia kan? “ Dia menatap Marinka
dan Dion bergantian dengan tatapan lembutnya.
Walaupun sepertinya Marinka masih
memperlihatkan keberatannya, ternyata Dion lantas duduk dikursi diantara Rayan
dan Yudha, tepat didepan Marinka.
“ Pesan minum dulu, bro,” ujar
Rayan sambil melambaikan tangan memanggil waitress dekat situ.
“ Air mineral saja, tidak dingin,”
kata Dion. Suaranya memang berat, tapi sangat tenang.
Marinka mengaduk jus jeruknya
dengan sedotan, masih salah tingkah. Stephani yang duduk disampingnya, memeluk
pinggang Marinka, seolah ingin menenangkan.
“ Maaf tidak datang waktu kalian
menikah,” ujar Dion sambil menoleh kearah pasangan Rayan-Belinda.
“ Dia diundang juga? “ Tanya Soraya
pada Rayan dan Belinda.
“ Iya,” sahut Rayan.
“ Dibagian daftar teman-teman
Rayan? Iya dia diundang,” Belinda menambahkan.
“ Dan kamu nggak datang? “ Tanya
Soraya lagi.
Yang lain tertawa.
“ Beb, kan tadi dia juga bilang,”
ujar Yudha sambil mencubit pinggang kekasihnya dengan mesra.
6
“ Bukan begitu, beb,” sergah Soraya
cepat, sambil membalas mencubit lengan Yudha. “ Dion melewatkan kesempatan
melihat Marinka pakai gaun cantik banget “ Soraya tertawa kecil. “ Tapi kamu
masih single atau sudah berkeluarga, Dion? “ Tanya Soraya menatap Dion, tanpa
tedeng aling-aling. Begitulah dia, ceplas-ceplos apa adanya.
Yang ditanya tertawa sambil
mengusap kepalanya. “ Masih single,” sahutnya ringan.
“ Woooo…..” Soraya berseru sambil
senyum-senyum melihat kearah Marinka. “CLBK bisa kali…”
“ Apa sik Aya? “ Spontan Marinka
protes. “ Because semua sudah punya pasangan, doesn’t mean saya juga harus
punya pasangan sekarang “
“ Oh, kamu juga single? “ Kali ini
Dion menatap Marinka lekat-lekat, dengan senyum menggoda.
Kontan semua tertawa.
“ Single, available “ Tegas Soraya,
mengedipkan sebelah matanya.
“ Datang ya ke pernikahan kami
nanti,” kali ini Zoland angkat bicara. “ Masih enam bulan lagi kok “
“ Nah, cukup waktu untuk PDKT ulang
kaaan…..” tambah Soraya, mengompori.
Marinka tersenyum pasrah. Percuma
mau protes atau ngomong apapun juga. Hatinya sudah cukup berantakan dengan kehadiran
tiba-tiba dari seorang Dion, pada saat pikirannya sedang tertuju pada rencana
hari bahagia Stephani. Dia yang paling mahir mengorganisir teman-temannya untuk
membuat event khusus diantara mereka, sebelum hari H, memdadak bingung dan tak
tahu harus bagaimana.
Suasana yang semula canggung,
kembali mengalir hangat. Selain karena celetukan-celetukan menggoda terutama
dari Soraya kepada Marinka, obyek candaan juga terarah pada Stephani dan
Zoland. Ternyata Zoland tak kalah rame, bahkan cenderung jadi partner kompor
mengompori apa saja bersama Soraya. Sampai-sampai Stephani dan Yudha sepakat
untuk bertukar pasangan, tentu saja dengan nada bercanda.
Dion dan Marinka yang lebih banyak
ikut tertawa saja, tanpa berkomentar selain senyum-senyum. Sesekali mata
keduanya beradu pandang dan bertukar senyum. Kecanggungan mereka berdua
perlahan sirna. Marinka tidak lagi salah tingkah. Dia mulai bisa duduk dengan
postur rileks ditempat duduknya. Sesekali memperhatikan Dion yang terlihat
lebih kurus dari semasa mereka pacaran dulu. Yah, dari dulu Dion tidak bisa
gemuk dan memang langganan Rumah Sakit karena cepat sekali jatuh sakit,
terutama bila terlalu capek.
7
“
Eh…sebentar…sebentar….” Tiba-tiba Soraya berkata, ketika semuanya selesai
tertawa mendengar jokes yang dilontarkan Zoland. Semua pandangan tertuju pada
gadis itu.
“
Numpang tanya nih, mohon dijawab oleh yang bersangkutan…” kata Soraya seraya
memandang Marinka dan Dion bergantian.
“ Saya?
Inka? “ Tanya Dion yang merasa mendapat tatapan penuh Tanya Soraya.
Marinka
cuma tersenyum saja.
“ Yup,
“ sahut Soraya.
“ Tanya
aja, tapi jangan susah-susah,” ujar Dion sambil tertawa kecil.
“
Kenapa dulu kalian putus? “ Tanya Soraya sambil memicingkan kedua matanya.
“ Ya
ampun beb….kepo banget sih kamu,” kata Yudha sambil tertawa gemas.
Yang
lain ikut tertawa.
“
Sepertinya Dion tipe setia,” Zoland menimpali. “ Inka juga “
“ Nah,”
cetus Soraya.
“
Setia, setiap tikungan ada,” Rayan tergelak. “ Eh enggak…enggak….bener itu, Dion
pekerja keras dan terlihat anti cewek. Sampai dulu ada yang mengira dia gay “
Dion
tersenyum. Matanya menatap Marinka lekat-lekat. Yang dipandangi membalas, kali
ini cukup tenang.
“ Mau
saya yang jawab atau kamu? “ Tawar Marinka tenang.
“ Nggak
penting siapa yang jawab dan kasih alasan apa,” ujar Dion tanpa melepas
tatapannya. “ Yang jelas saya tahu kamu tahu, kita sama-sama tahu kenapa “
“
Ealaaah…..kayaknya gak usah nunggu enam bulan, mereka sudah balik jadian lagi
nih,” kata Soraya dengan mimik lucu.
Yang
lain tertawa, termasuk Dion dan Marinka. Hanya saja keduanya bertukar tatap
penuh arti. Hanya mereka berdua yang memahami isi hati masing-masing.
Sepertinya begitu.
END OF PART 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar