Rabu, 15 Februari 2017

Hanya Cinta Yang Bisa (bagian 1)



HANYA CINTA YANG BISA
(bagian 1)

                Seperti kesehariannya, Stephani selalu bangun pagi-pagi sekali untuk kemudian bersiap menuju Toko Bunga miliknya. Tidak ada hari libur untuknya dan dia merasa tak memerlukan hari libur khusus. Baginya kerja adalah kebutuhan hidup. Jika ingin bersantai, cukup bersama kedua sahabatnya, Soraya dan Marinka.
                Hari ini, sama seperti hari-hari kemarin, setelah merapikan tempat tidurnya, Stephani keluar kamar dan bersiap membawa Kimoy, anjing kesayangannya jalan-jalan keliling kompleks. Biasanya Kimoy akan menunggunya dekat pintu kamar. Agak heran, dia tak melihat Kimoy ditempat biasa, bahkan tidak ada diruang tengah. Akhirnya dia memutuskan untuk langsung keruang tamu.
                Stephani tertegun, mendapati Kimoy tergolek dilantai dengan wajah ceria dan ekornya bergoyang-goyang, karena ada seseorang yang mengelitik perutnya. Stephanie hanya bisa memandangi punggung laki-laki itu dengan perasaan tak karuan. Sejurus kemudian Kimoy yang menyadari kehadirannya, bangun dan langsung melompat-lompat mendekat. Stephani menyambutnya dengan matanya tetap menatap lekat sosok yang kini berbalik dan tersenyum padanya.
                “ Selamat pagi, Step “ Sapanya dengan senyum yang langsung menembus jantung hati gadis itu.
                “ Mau apa kemari? “ Tanya Stephani, berusaha datar. Dadanya berdebar kencang.
                “ Eh siapa yang ajari anak mama nggak sopan begitu? “ Tiba-tiba saja, entah darimana, mama sudah ada didekatnya. “ Minum teh-nya dulu nak Zoland “ Suara mamanya begitu ramah, sambil menaruh secangkir teh di meja tamu. Bahkan bukan bibik yang membuatkan minum. Stephani jadi serba salah.
                “ Maaf ya nggak kabari dulu,” ujar laki-laki itu tenang, menatap Stephani dalam-dalam.
                “ Duduk nak Zoland,” mama mempersilahkan. “ Stephani temani ya….mama yang bawa Kimoy jalan-jalan “
                “ Kalau kami saja yang bawa Kimoy jalan-jalan, gimana tante? “ Tanya Zoland sopan.
                “ Oh boleh juga “ Mama tertawa kecil.
                Stephanie tidak bisa protes atau mengeluarkan pendapat lain. Tanpa bersuara, dia mengambil tali Kimoy dan membawanya keluar, diikuti Zoland.
                Menelusuri jalan di perumahan tempat tinggalnya, dengan Kimoy yang semangat menggoyangkan ekornya sepanjang jalan. Sementara disebelahnya, berjalan seorang yang selalu mengisi benaknya nyaris setiap saat. Yang selalu dirindukannya dalam diam, tanpa tahu kabar beritanya. Nyaris setahun sejak pertemuan mereka yang terakhir kali yang memporak-porandakan hatinya.
1
                “ I miss you, Step “ Suara Zoland memecah keheningan.
                “ Don’t say anything, “ Stephani menyahut dengan suara bergetar.
                “ I should “ Laki-laki itu meraih tangan Stephani, menahan langkahnya. Sementara Kimoy sibuk menyalak sambil melompat-lompat tak mau berhenti. Kerepotan Stephani menarik tali kekang Kimoy. Zoland akhirnya berjongkok dekat Kimoy dan membiarkan dirinya dihujani ciuman bertubi-tubi Labrador bertubuh jangkung itu.
                “ Saya harus ngomong sama tuanmu yang cantik ini. Kamu mendukung kan? “ Kata Zoland pada Kimoy yang seperti mengerti dan menjadi sedikit tenang. Mau tak mau Stephani tersenyum melihat kejadian itu. Kimoy tak sembarangan dekat dengan orang. Kalau tidak suka, dia tak mau dielus, pasti memberontak. Tapi sepertinya dia menyukai Zoland.
                “ I miss you, Stephani, I do “ Sambil tetap membelai Kimoy dan berjongkok, laki-laki itu menatap Stephani dengan matanya yang dalam. “ Tapi saya harus meyakinkan diri saya dulu, sebelum saya mengatakan ini padamu. Saya tidak mau kamu berpikir bahwa sangat mudah bagi saya untuk jatuh cinta dari satu hati ke hati lainnya “
                Stephani terdiam. “ Debbie? “ Gumamnya pelan.
                “ Terakhir saya bertemu dia adalah sehari setelah saya bersama kamu di café itu. Debbie bilang terus terang kalau dia bingung karena ada teman kuliahnya yang dekat dengannya, sementara kami belum putus,” jelas Zoland. Dia berdiri dan meraih tangan Stephani. Kimoy menggonggong sekali-dua sambil mengibaskan ekornya.
                “ Lalu? “ Tanya gadis itu.
                “ Kami bicara dari hati ke hati apakah hubungan kami layak diteruskan. Karena biar bagaimanapun, dua belah pihak keluarga kami sudah saling mengenal dan berharap banyak bahwa kami akan serius ke jenjang berikutnya,” kata Zoland tenang. “ Beberapa hari kami coba sama-sama lagi, tapi akhirnya kami tahu, hati kami sudah tidak sama-sama lagi “
                Stephani memandang wajah laki-laki dihadapannya dengan tatapan serba salah, entah harus merasa bagaimana. Harus bahagiakah? Harus legakah? Dia bingung.
                “ I love you, Step. Pada saat pertama saya melihatmu,” kata Zoland tenang. “ Maaf bila membuatmu menunggu. Maaf bila hari ini harus datang pagi-pagi karena saya harus ke Malang, ketemu papa-mama “
                Stephani mengernyitkan dahinya. “ Ada apa dengan papa-mamamu? “
                Zoland tertawa kecil. “ Mereka baik-baik saja. Saya yang minta ketemu mereka, supaya mereka datang kesini dan melamarmu “ Kali ini tanpa malu-malu, dia menarik Stephani dan meraih
2
pinggangnya. Tak menolak, gadis itu ikut tertawa, canggung. Sementara Kimoy melompat-lompat tak berhenti menyalak. Sepertinya Kimoy sedang memberikan tanda persetujuannya.
                “ Kamu bercanda kan? “ Tanya Stephani sambil melepaskan tangan Zoland dari pinggangnya, dengan perlahan.
                “ Saya menunggu hari ini tiba selama hamper satu tahun dan kamu bilang bercanda? “ Kata Zoland sambil mengacak-acak poni Stephani. “ Saya sudah bilang sama mamamu tadi dan beliau sepertinya tak keberatan “
                Kali ini Stephani yang tergelak. “ Jangan tanya mama, tanya papa kalau berani “
                “ Oh iya pasti. Tapi nggak sendirian dong, harus sama keluargaku,” sahut Zoland yakin.
                “ Curang, nggak berani sendirian,” ledek Stephani.
                “ Bukan curang, itu namanya  smart tactic dan menunjukkan keseriusanku,” ujar Zoland.
                Sejak detik itu, rasanya sekeliling keduanya menjadi lebih berwarna, bahkan sinar matahari pagi menjadikan hati keduanya menghangat. Terlebih bagi Stephani yang selama ini berusaha keras menyimpan semua rasanya, bahkan pada kedua sahabatnya. Dia tak berani membayangkan hal indah ini menjadi nyata, setelah sekian lama berusaha dan belum berhasil move on dari perasaannya pada laki-laki yang kini berjalan disisinya. Keduanya, bersama Kimoy, menyusuri jalan-jalan sepanjang kompleks perumahan. Sepertinya, dunia jadi milik mereka berdua.
*
                Dua minggu kemudian, Stephani mengundang sahabat-sahabatnya, Soraya dan Marinka, plus Yudha pacar Soraya, untuk bertemu di Sakura Corner, sebuah restaurant kecil yang baru saja buka disebuah Mall kecil didekat Toko Bunga milik Stephani. Sebelumnya, tentu saja sahabat-sahabatnya sudah langsung diberitahu kabar tentang Zoland yang tiba-tiba muncul jam 6 pagi dirumah Stephani.
                Soraya dan Marinka datang lebih dulu di Sakura Corner, menunggu Stephani. Sementara Yudha berjanji akan menyusul nanti.
                “ OMG !” Pekik Soraya ketika melihat Stephani datang, setengah berlari kecil, sambil memamerkan cincin dijari manisnya. “ No way ! “ Soraya masih histeris saat sahabatnya itu mendekat. Sementara Marinka tertawa kecil dan Stephani tersenyum malu-malu.
                “ Selamat ya sayang,” kata Marinka menyambut dalam Stephani pelukannya.
                “ Jadi adik kecil yang duluan nih? “ Soraya gentian memeluk sahabatnya itu.
               
3
“ Ya….begitulah kira-kira,” sahut Stephani masih malu-malu.
                Kemudian dia bercerita tentang Zoland yang ternyata benar-benar serius mengajak kedua orangtua beserta tetua-tetua dari keluarga besarnya datang melamar Stephani, tiga hari lalu. Dan ternyata sang mama sudah lebih dulu bicara pada papanya, sehingga acara yang semula dimaksudkan untuk silaturahmi pembuka sebelum acara lamaran yang sesungguhnya, akhirnya sekalian menjadi acara lamaran resmi karena Zoland juga sudah menyiapkan cincin dan mahar sesuai ketentuan keluarga besarnya. Sedangkan bagi keluarga Stephani yang moderat dan tak mempermasalahkan tetek bengek mahar dan sebagainya, cukuplah kedatangan keluarga besar Zoland itu menunjukkan keseriusan dan itikad baik mereka. Alhasil pembicaraan pun bergulir sampai menentukan tanggal pernikahan.
                “ I’m happy for you adik kecil, really happy for you,” ujar Marinka dengan mata berkaca-kaca.
                “ Maaf kakak-kakak, saya duluan,” ucap Stephani dengan nada bergetar. Jauh dilubuk hatinya, dia memikirkan kedua sahabatnya, terutama Marinka. Karena sampai saat ini, hanya dia yang masih belum punya pasangan, padahal dia yang tertua diantara mereka bertiga.
                “ Kenapa minta maaf sik? Jodoh itu Tuhan yang mengatur,” kata Soraya penuh senyum.
                “ Iya, Step…..dinikmati saja, this is your moment,” tambah Marinka dengan senyumnya.
                “ Halooooo semuaaaa…..” Tiba-tiba saja terdengar suara Belinda. Dia datang bersama Rayan sang suami dan sepupunya, Yudha. “ Sorry nimbrung nggak diundang, soalnya Yudha yang cerita “
                Keempat perempuan itu bertukar cium pipi dan saling peluk dengan hangat.
                “ Nggak apa-apa, Bee,” kata Stephani. “ Kami kira kalian masih honeymoon, jadi nggak diberitahu “
                “ Biar honeymoon juga masih bisa ngumpul kok,” kata Rayan tenang.
                Yudha dan Soraya langsung nempel, duduk berdekatan, layaknya pasangan yang baru jatuh cinta. Belinda dengan Rayan. Sementara Stephani bergayut manja memeluk pinggang Marinka.
                “ Jadi kapan, Step? “ Tanya Yudha.
                “ Tuh Yudha tanya sebelum kita yang tanya dia, kapan? “ Celetuk Belinda.
                Semuanya tertawa. Soraya memasang wajah serius sambil memandangi kekasihnya seolah bertanya “ Kapan? “
                Yudha membisikkan sesuatu ditelinga Soraya, kemudian mencium pipinya. Gadis itu tertawa kecil dengan pipi memerah.
                “ Hayooo….jangan main rahasia-rahasiaan berdua aja,” kata Belinda lagi.
4
Kembali yang lainnya tergelak.
“ Sudah, sekarang ngomongin Stephani dulu. Kita mah nanti juga ada saatnya,” ujar Soraya penuh senyum.
“ Ya deh, belain pacarnya,” kata Marinka tertawa kecil. “ Ayo adik kecil, kapan kita dikasih bahan seragamnya? “ Marinka membelai rambut Stephani dengan lembut.
“ Enam bulan lagi,” sahut Stephani malu-malu.
“ Woooo…..” Serentak sahabat-sahabatnya bersuara.
“ Zoland-nya mana? Nggak ikut ngumpul? “ Tanya Yudha.
“ Sebentar lagi sampai,” jawab Stephani. “ Tadi sik katanya sudah dekat …..” Belum selesai bicara, gadis itu menegakkan punggungnya, menatap kearah pintu masuk restaurant. “ Itu Zoland “
Dan semua mata beralih kearah mata Stephani memandang. Menatap sosok laki-laki tegap, berkulit eksotis dengan wajah tampan yang unik, mendatangi meja mereka dengan senyum merekah.
“ Selamat sore semua,” sapanya.
Stephani langsung berdiri dan mendekatinya. “ Teman-teman, kenalkan ini Zoland “
Serentak yang ada disitu bergantian bersalaman dan mempersilahkan laki-laki itu bergabung. Lalu mereka terlibat pembicaraan seru tentang rencana pernikahan Stephani dan Zoland, sambil menikmati makanan dan minuman yang mereka pesan.
“ Rayan ya? “ Tiba-tiba terdengar suara berat seorang, yang berdiri dekat meja mereka.
Yang dipanggil menoleh kearah suara, begitu juga yang lainnya. Mendapati seorang laki-laki tinggi kurus, berkulit pucat, memakai sweater biru tua dan topi baseball berwarna senada.
“ Dion? Kamu Dion kan? “ Rayan berdiri dan menghampiri laki-laki itu. Kemudian keduanya saling berjabat tangan erat. “ Apa kabar? Kemana aja? Nggak datang kenikahanku. Kenalin ini istriku, Belinda “ Kata Rayan bersemangat. “ Dan ini teman-teman, kenalkan, ini Dion Raditya, teman kerjaku dikantor yang dulu. Tapi sekarang sudah jadi pengusaha sukses dia “
Semua berdiri dan menyalami laki-laki itu. Tidak semua ternyata, kecuali Marinka yang hanya terpaku dikursinya sambil menatap dengan wajah yang sulit ditebak.
Yang lain mulai menyadari, ketika akhirnya laki-laki itu juga terdiam menatap Marinka. Suasana berubah menjadi aneh. Semua yang disitu bergantian melihat kearah Marinka dan Dion.

5
“ Kalian saling kenal? “ Suara Rayan memecah keheningan.
“ Halo Inka,” sapa Dion sambil mengangguk canggung. Perlahan tangannya membuka topi baseball-nya, memperlihatkan kepalanya yang tanpa rambut sehelaipun. Dia terlihat sangat pucat namun masih menyisakan garis-garis ketampanan diwajahnya yang tirus.
“ Iya,” ucap Marinka pelan, nyaris berbisik.
“ Kami pacaran waktu kuliah,” senyum Dion dengan nada tenang.
“ Inka nggak pernah cerita,” kata Soraya cepat, menatap Marinka yang kini salah tingkah.
“ Yuk duduk sama-sama kami,” ajak Belinda berniat mencairkan suasana. Rayan segera menarik satu kursi dari meja kosong disebelah. Sementara Dion dan Marinka sama-sama memperlihatkan keberatan dengan bahasa tubuh mereka.
“ Duduk sebentar kak Dion,” Stephani bersuara. “ Nggak ada salahnya nostalgia kan? “ Dia menatap Marinka dan Dion bergantian dengan tatapan lembutnya.
Walaupun sepertinya Marinka masih memperlihatkan keberatannya, ternyata Dion lantas duduk dikursi diantara Rayan dan Yudha, tepat didepan Marinka.
“ Pesan minum dulu, bro,” ujar Rayan sambil melambaikan tangan memanggil waitress dekat situ.
“ Air mineral saja, tidak dingin,” kata Dion. Suaranya memang berat, tapi sangat tenang.
Marinka mengaduk jus jeruknya dengan sedotan, masih salah tingkah. Stephani yang duduk disampingnya, memeluk pinggang Marinka, seolah ingin menenangkan.
“ Maaf tidak datang waktu kalian menikah,” ujar Dion sambil menoleh kearah pasangan Rayan-Belinda.
“ Dia diundang juga? “ Tanya Soraya pada Rayan dan Belinda.
“ Iya,” sahut Rayan.
“ Dibagian daftar teman-teman Rayan? Iya dia diundang,” Belinda menambahkan.
“ Dan kamu nggak datang? “ Tanya Soraya lagi.
Yang lain tertawa.
“ Beb, kan tadi dia juga bilang,” ujar Yudha sambil mencubit pinggang kekasihnya dengan mesra.
6
“ Bukan begitu, beb,” sergah Soraya cepat, sambil membalas mencubit lengan Yudha. “ Dion melewatkan kesempatan melihat Marinka pakai gaun cantik banget “ Soraya tertawa kecil. “ Tapi kamu masih single atau sudah berkeluarga, Dion? “ Tanya Soraya menatap Dion, tanpa tedeng aling-aling. Begitulah dia, ceplas-ceplos apa adanya.
Yang ditanya tertawa sambil mengusap kepalanya. “ Masih single,” sahutnya ringan.
“ Woooo…..” Soraya berseru sambil senyum-senyum melihat kearah Marinka. “CLBK bisa kali…”
“ Apa sik Aya? “ Spontan Marinka protes. “ Because semua sudah punya pasangan, doesn’t mean saya juga harus punya pasangan sekarang “
“ Oh, kamu juga single? “ Kali ini Dion menatap Marinka lekat-lekat, dengan senyum menggoda.
Kontan semua tertawa.
“ Single, available “ Tegas Soraya, mengedipkan sebelah matanya.
“ Datang ya ke pernikahan kami nanti,” kali ini Zoland angkat bicara. “ Masih enam bulan lagi kok “
“ Nah, cukup waktu untuk PDKT ulang kaaan…..” tambah Soraya, mengompori.
Marinka tersenyum pasrah. Percuma mau protes atau ngomong apapun juga. Hatinya sudah cukup berantakan dengan kehadiran tiba-tiba dari seorang Dion, pada saat pikirannya sedang tertuju pada rencana hari bahagia Stephani. Dia yang paling mahir mengorganisir teman-temannya untuk membuat event khusus diantara mereka, sebelum hari H, memdadak bingung dan tak tahu harus bagaimana.
Suasana yang semula canggung, kembali mengalir hangat. Selain karena celetukan-celetukan menggoda terutama dari Soraya kepada Marinka, obyek candaan juga terarah pada Stephani dan Zoland. Ternyata Zoland tak kalah rame, bahkan cenderung jadi partner kompor mengompori apa saja bersama Soraya. Sampai-sampai Stephani dan Yudha sepakat untuk bertukar pasangan, tentu saja dengan nada bercanda.
Dion dan Marinka yang lebih banyak ikut tertawa saja, tanpa berkomentar selain senyum-senyum. Sesekali mata keduanya beradu pandang dan bertukar senyum. Kecanggungan mereka berdua perlahan sirna. Marinka tidak lagi salah tingkah. Dia mulai bisa duduk dengan postur rileks ditempat duduknya. Sesekali memperhatikan Dion yang terlihat lebih kurus dari semasa mereka pacaran dulu. Yah, dari dulu Dion tidak bisa gemuk dan memang langganan Rumah Sakit karena cepat sekali jatuh sakit, terutama bila terlalu capek.

7
                “ Eh…sebentar…sebentar….” Tiba-tiba Soraya berkata, ketika semuanya selesai tertawa mendengar jokes yang dilontarkan Zoland. Semua pandangan tertuju pada gadis itu.
                “ Numpang tanya nih, mohon dijawab oleh yang bersangkutan…” kata Soraya seraya memandang Marinka dan Dion bergantian.
                “ Saya? Inka? “ Tanya Dion yang merasa mendapat tatapan penuh Tanya Soraya.
                Marinka cuma tersenyum saja.
                “ Yup, “ sahut Soraya.
                “ Tanya aja, tapi jangan susah-susah,” ujar Dion sambil tertawa kecil.
                “ Kenapa dulu kalian putus? “ Tanya Soraya sambil memicingkan kedua matanya.
                “ Ya ampun beb….kepo banget sih kamu,” kata Yudha sambil tertawa gemas.
                Yang lain ikut tertawa.
                “ Sepertinya Dion tipe setia,” Zoland menimpali. “ Inka juga “
                “ Nah,” cetus Soraya.
                “ Setia, setiap tikungan ada,” Rayan tergelak. “ Eh enggak…enggak….bener itu, Dion pekerja keras dan terlihat anti cewek. Sampai dulu ada yang mengira dia gay “
                Dion tersenyum. Matanya menatap Marinka lekat-lekat. Yang dipandangi membalas, kali ini cukup tenang.
                “ Mau saya yang jawab atau kamu? “ Tawar Marinka tenang.
                “ Nggak penting siapa yang jawab dan kasih alasan apa,” ujar Dion tanpa melepas tatapannya. “ Yang jelas saya tahu kamu tahu, kita sama-sama tahu kenapa “
                “ Ealaaah…..kayaknya gak usah nunggu enam bulan, mereka sudah balik jadian lagi nih,” kata Soraya dengan mimik lucu.
                Yang lain tertawa, termasuk Dion dan Marinka. Hanya saja keduanya bertukar tatap penuh arti. Hanya mereka berdua yang memahami isi hati masing-masing. Sepertinya begitu.
                                                                END OF PART 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar